Cerita Dewasa Terbaru Pengalaman Pertama Kaliku - Cerita ngentot terhot, Sebelumnya kisah sex yang pernah saya publish ialah
Cerita Dewasa Hot IGO Bispak Tiga ABG Binal Diwarnet. Cerita
sex terbaru, novel sex terlengkap, cerita dewasa terupdate, cerita
mesum terbaik, cerita ngentot terpopuler, cerita bokep terselubung,
cerita xxx terhot, cerita ml abg perawan, cerita porno janda binal |
Cerita nyata ini terjadi sekian tahun yang lalu ketika Aqu masih
berumur 15 tahun. Aqu bersekolah di sebuah SMP favorit di kotAqu dan
ketika itu masih duduk di kelas 3 SMP. Aqu adalah anak terakhir dari 3
bersaudara dengan kakakku yang tertua telah menjadi dokter umum dan
kakakku yang satu lagi masih kuliah di salah satu perguruan tinggi
negri.
Cerita Sex Terbaru 2016 Pengalaman Pertama Kaliku
|
Ilustrasi Foto Syur Cewek Imut Lugu Terbaru 2016 |
Novel Seks
- Karena melihat keberhasilan kedua kakakku, maka ayah dan ibuku pun
menuntut hal yang sama dariku. Setiap kali Aqu mendapatkan nilai yang
jelek, pasti habislah Aqu terkena amarah dari kedua orangtuAqu. Bahkan
ayah sering memukuliku dengan sabuknya.
Kumpulan cerita dewasa, cerita dewasa 2016, cerita dewasa terbaru,
cerita dewasa igo, cerita dewasa igo terbaru, cerita dewasa igo bugil,
cerita dewasa igo 2016.
Ketika itu Aqu mendapatkan nilai yang jelek di mata pelajaran sejarah,
karena Aqu memang tidak terlalu pandai di bidang itu. Karenanya, makian
dan sabetan ayah pun harus kuterima dengan lapang dada. Pamanku yang
bernama Willyata, masih berumur 26 tahun sudah sering membelAqu ketika
ayah marah karena Aqu mendapatkan nilai buruk. Tapi tampaknya
pembelaannya sia-sia saja karena semakin dia membelAqu, bukannya
kasihan, ayah justru semakin geram dan Paman Willy selalu saja terkena
makiannya pula.
Sambil menangis, Aqu pun mengadu ke Paman Willy tentang perlakuan ayah di kamarnya yang persis berada di sebelah kamarku.
“Ayah jahat, Paman”
“Sudah Martina, kamu tenang saja”
“Martina pengen mati aja Paman, badan Martina sakit semua dipukulin Ayah terus”
“Hush jangan bilang gitu Martina, ayah tetap sayang kok sama kamu”
Lalu
Aqu menyingkapkan dasterku dengan tujuan menunjukkan pahaqu yang sudah
berwarna kebiru-kebiruan terkena pukulan ayah. Lalu Paman Willy beranjak
mengambil body lotion dan membaringkan Aqu yang masih terisak-terisak
di kasurnya.
“Sudah diam, jangan menangis terus, sini Paman pijitin”
Paman
Willy dengan kelembutannya mengoleskan body lotion itu di pahaqu dan
memijit-memijit pahaqu yang telah terbentang tanpa penutup di depan
matanya.
“Auch Paman pelan-pelan, sakit Paman”
“Iya, Paman pelan-pelan kok Martina.”
Karena
memang Aqu sudah akrab dengan Paman Willy sejak Aqu kecil, kami tumbuh
bersama lebih sebagai kakak adik daripada hubungan paman-kemenakan. Lalu
Paman memegang bahuku untuk menenangkanku, tapi karena punggungku dan
bahuku juga terkena pukulan ayah, maka Aqu pun mengerang kesakitan.
“Auch Paman sakit sekali punggung Martina”
“Coba kamu lepas saja daster nya Martina, biar Paman pijitin juga punggung kamu”
Aqu
pun mengambil posisi tengkurap ketika Paman Willy memijat-memijat
punggungku. Sesekali, tangannya yang lembut menyentuh bagian paling
sensitif dari tubuhku, terutama karena memang Aqu adalah remaja puber
yang baru saja mendapatkan perubahan-perubahan di tubuhku. Tangannya
sesekali menyentil bagian samping buah dadaqu, dan setiap kali itu pula
badanku menyentak-menyentak.
“Kenapa kamu Martina, sakit ya?”
“Nggak kok Paman, cuman Martina kaget”
“Ooh, itu normal kok, tandanya kamu sudah dewasa”
Pipiku
memerah menahan malu, karena ternyata Paman Willy mengetahui apa
maksudku. Lalu dengan cepat Paman Willy membalikkan badanku dan dia
dapat melihat buah dadaqu yang mulai tumbuh besar dengan pentilnya yang
mencuat dibawah miniset yang kupakai karena Aqu mulai terangsang,
terutama karena pandangannya yang menyapu bagian-bagian tertentu dari
tubuhku itu.
“Wah Martina, kok buah dada kamu sudah sebesar itu kamu masih pakai miniset?”
“Iya Paman, habis Martina tidak tahu harus bagaimana”
“Besok pulang sekolah ikut Paman yah ke mall kita beli BH buat kamu”
“Paman serius?”
“Iya, tapi kamu tahu nggak ukurannya?”
“Wah kalau itu sih Martina nggak tahu Paman, gimana dong?”
“Coba sini Paman lihat”
Dengan
cepat pula Paman Willy menarik miniset yang kupakai, dan refleks
tanganku menutupi buah dadaku yang tidak ditutupi dengan apapun juga.
Perlahan tangan Paman Willy menarik tanganku yang menutupi buah dadaku
itu.
“Gila, Martina, buah dada sebesar itu kamu masih pakai
miniset. Kalau kamu di sekolah, pasti temen-temen kamu sering melihat
pentil kamu dong”
“Iya Paman, temen-temen Martina yang cowok kadang-kadang ada yang jahil pura-pura tak sengaja menyenggol Martina punya”
“Tuh kan, barang segitu gede mustinya dibungkus yang bener, Martina”
Lalu,
dengan tangannya Paman Willy mulai memegang-memegang buah dadaku,
mengusap-mengusapnya dengan body lotion tapi tidak menyentuh pentilnya.
“Wah ini pasti ukurannya 34B”
“Kok Paman tahu?”
“Paman cuman kira-kira, Martina, besok kita tanya aja sama Mbaknya yang jaga toko, OK?”
Sebelum
Aqu menjawab pertanyaan Paman Willy, tiba-tiba mulutnya sudah
“ngempeng” di pentilku, karena kaget tubuhku tersentak dan bukannya
mengelak, Aqu pun malahan membusungkan dadAqu ke arah Paman Willy.
Tiba-Tiba Paman Willy melepaskan mulutnya dari pentilku, dan seketika
itu pula tubuhku semakin maju mengikuti arah kepalanya.
“Enak nggak Martina?”
Dengan
malu-malu Aqu mengangguk dan dengan liar Paman Willy mulai
memegang-memegang buah dadaku lagi, menggoyang-menggoyangkannya sambil
memilin-memilin putingku yang sudah keras sekali. Lalu, Paman Willy
keluar dari kamar dan ketika dia kembali, akan terjadi peristiwa yang
lebih asik lagi.
Paman Willy kembali ke kamarnya ketika Aqu masih mengelus-mengelus putingku sendiri.
“Lho, Martina, kamu lagi ngapain?”
“Um, um, lagi cobain sendiri Paman, ternyata geli-geli gimana gitu enak kok”
Paman
Willy ternyata mengambil 2 butir telur dari lemari es. Lalu, dia
mengikat kedua tanganku ke belakang (di belakang pinggang), dan setelah
itu mencium bibirku. Ketika tubuhku tersentak karena Aqu merasakan
pentilku telah beradu dengan benda dingin yang aneh, tanpa kusadari
ternyata Paman Willy mengelus-mengelus kan telur-telur itu tadi ke kedua
pentilku. Karena aliran dingin itu pula, Aqu meronta-meronta kegelian
dan tidak berdaya karena kedua tanganku masih terikat. Aqu hanya bisa
memaju mundurkan dadAqu saja dan justru itu menambah keasyikan sendiri
ketika kedua putingku kembali menyentuh telur yang dingin itu.
“Paman, Martina pengen kencing.”
“Kencing aja disini, Martina, nggak papa kok”
Karena
memang Aqu belum pernah berhubungan sex sebelumnya, cairan yang keluar
kental dan tak henti-hentinya itu ternyata lendir birahiku yang
kuketahui setelah Paman Willy sendiri menjelaskannya kepadAqu.
Setelah
“kencing” itu, Aqu merasakan badanku lemas terkulai. Dengan tangan yang
masih terikat, Paman Willy mulai melucuti celana dalamku.
“Paman, jangan dibuka Paman, Martina barusan aja kencing”
“Martina, biar Paman bersihkan kencingnya”
Lalu
Paman Willy melepas celana dalamku yang sudah basah oleh lendir
kewanitaanku. Dengan liar, Paman Willy menjilati kemaluanku yang sudah
basah itu.
“Geli ah Paman, kok Paman nggak jijik jilatin kencing Martina?”
“Hmph, hmph, kemaluan kamu kenyal Martina”
Justru
mendengar kata-kata jorok dari Paman Willy itulah berahiku timbul lagi
dan ketika kemaluanku sudah merasakan nyot-nyotan yang hebat, Aqu pun
berteriak.
“Sudah Paman, Martina mau kencing lagi”
Karena
Paman Willy benar-benar melepaskan lidahnya dari kemaluanku, pinggulku
dengan selangkangannya yang telah terbuka lebar dan berlendir itu pun
terangkat. Lalu setelah beberapa saat, Paman Willy berbalik menjilatiku
lagi. Dan tak lama lalu, Aqu pun mengerang hebat.
“Arghh Paman, Martina kencing lagi Paman”
Cairan
kental yang deras (lebih hebat dari yang pertama kurasakan) mengalir
kembali di kemaluanku. Paman Willy mulai melucuti pakaiannya dan Aqu
kaget melihat kemaluannya berdiri tegak menantang.
“Lho kok bisa berdiri gitu sih Paman?”
“Memang itu keistimewaan laki-laki, Martina, ade Paman ini bisa juga lemes dan lucu tapi bisa juga jadi gede dan tegak”
Pelan-Pelan Paman Willy mengarahkan kemaluannya ke kemaluanku.
“Paman, mau dimasukkan kemana Paman, kemaluan Martina tidak berlubang”
Dengan sabar Paman Willy berkata,
“Setiap kemaluan perempuan berlubang, Martina dan lubang itu baru berguna setelah ada laki-laki yang mau masuk ke lubang itu”
“Tapi Martina tidak pernah melihat lubangnya, Paman”
“Nanti kamu juga merasakannya, tidak usah ingin melihatnya, Martina”
Daging
yang kenyal itu (kepala kemaluan Paman Willy) mulai menggesek-menggesek
bagian yang menonjol dari kemaluanku, oleh karenanya cairan yang keluar
tadi mulai lagi mengalir di kemaluanku dan Aqu merasa lagi kegelian.
Karena
masih perawan, maka lubang kemaluanku mungkin memang sulit ditemukan
oleh Paman Willy. Sambil masih terus menggosok-menggosokkan kepala
kemaluannya, Paman Willy memijit-memijit bibir kemaluanku dan
merekahkannya pelan-pelan. Dengan tangan yang masih terikat, Aqu
meronta-meronta.
“Paman, sakit Paman”
“Kamu mau kita cari lubang itu nggak?”
“Mau Paman”
Paman
Willy mulai mengarahkan kemaluannya ke lubang kemaluanku. Pelan-Pelan
dia menggesek-menggesek kan kepala kemaluan itu dan Aqu mulai merasakan
adanya “lubang” di kemaluanku. Pelan-Pelan sambil digosok-digosokkan
maju mundur, akhirnya clep, kemaluan Paman Willy masuk menembus selaput
darAqu.
“Arhh Paman, sakit sekali,” darah segar pun mengalir di selangkanganku.
Dengan
kemaluannya yang masih menancap, Paman Willy hanya tersenyum melihat
reaksiku. Dia masih diam dan sambil pelan-pelan mengelus-mengelus bahuku
dan buah dadaku. Setelah Aqu agak tenang, Paman Willy memutar-memutar
pinggulnya sehingga Aqu merasa geli yang hebat di seluruh bagian rahimku
dimana tertancap kemaluan Paman Willy. Daging yang kenyal itu
melesak-melesak menyenggol-menyenggol semua bagian seakan-seakan
mengocok-mengocok isi perutku. Pelan-Pelan Paman Willy mulai menggenjot
kemaluannya dengan memaju mundurkan kemaluan nya dari lubang di
kemaluanku.
“Kemaluan kamu sempit sekali Martina, dede Paman serasa dipijitin”
“Argh Paman, ah, geli ah..”
Paman
Willy tidak hanya menggenjotku, tapi meremas-meremas putingku dengan
liar, melumatnya dengan lidahnya mengecup-mengecupnya dan karena
tanganku yang masih terikat di belakang punggung, Aqu pun hanya pasrah
atas apa yang akan dilAqukan Paman Willy.
“Pamanm Martina kencing lagi Paman”
Dan
ketika cairan kental itu keluar lagi dari kemaluanku, Paman Willy masih
menancapkan kemaluannya di kemaluanku sambil menunggu sampai gerak
badanku agak melemah.
Setelah itu, tubuhku diangkatnya dan kakiku
dilingkarkan ke pinggangnya, dan dia memainkan Aqu seperti bonekanya,
naik turun dan oleh karena gerakan itu juga, setiap kali tubuhku
bergoyang-bergoyang, pentilku bergesekan dengan dadanya yang berbulu
tipis dan bidang itu. Kegelian yang kurasakan makin hebat karena
kemaluan Paman Willy semakin melesak masuk ke dalam lubangku itu.
Direbahkannya
lagi tubuhku dan diganjalnya pinggangku dan pantatku dengan tumpukan
bantal sehingga kemaluanku semakin terkuak lebar dan itu memudahkan
Paman Willy untuk menancapkan kemaluannya di lubangku. Pada posisi itu
pula akhirnya kemaluan Paman Willy terasa berdenyut-berdenyut dan
akhirnya menyemprotkan cairan yang banyak bersamaan dengan orgasmku yang
terakhir. Bacaan sex top:
Cerita Dewasa IGO Hot Nikmatnya Bercinta ThreesomeSetelah
itu, Aqu pun terbaring lemas dan pelan-pelan Paman Willy melepaskan
ikatan tanganku lalu memandikan Aqu dan mengeringkanku dengan penuh
kelembutan.
“Sekarang Martina sudah menjadi perempuan ya, Paman?”
“Iya, lubangnya ada kan Martina?”
“Eh iya Paman”
“Tapi,
sebagai perempuan kamu tidak boleh sembrono memasukkan semua
kemaluan-kemaluan ke dalam lubang kemaluanmu itu, apalagi kalau sampai
kemaluan-kemaluan itu menyemprotkan cairan seperti kemaluan Paman tadi”
“Kenapa Paman?”
“Karena cairan yang menyemprot itu berisi benih laki-laki, Martina. Kamu bisa saja hamil”
Karena
wajahku pusat pasi mengetahui kenyataan itu, Paman Willy menenangkan
Aqu dan memberiku pil anti hamil untuk mencegah Aqu hamil.
Malam
itu, Aqu tertidur pulas setelah “kencing” untuk kesekian kalinya dari
hasil memilin-memilin puttingku sendiri. Setelah kejadian itu, setiap
kali ayah memarahiku, lubangku tidak pernah menganggur untuk diisi
kemaluan oleh Paman Willy. Dan pengetahuanku tentang seks semakin
bertambah, hingga tak sepantasnya diumurku yang masih belia sudah
mengenal orgasme, sperma, ejAqulasi, dan istilah-istilah seks lainnya.