Cerita Dewasa Terbaru Salah Tidur Dengan Kakak Iparku - Cerita ngentot terhot, Sebelumnya kisah sex yang pernah saya publish ialah
Cerita Dewasa Gelombang Asmara Mesra Di Restaurant. Cerita
sex terbaru, novel sex terlengkap, cerita dewasa terupdate, cerita
mesum terbaik, cerita ngentot terpopuler, cerita bokep terselubung,
cerita xxx terhot, cerita ml abg perawan, cerita porno janda binal |
Ketika aku menikah 2 tahun yg lalu, rasanya dunia ini hanya milikku
seorang. Betapa tdk, aku mendapatkan seorang laki-laki yg menjadi impian
semua gadis di seluruh kampungku. Aku menjadi istri seorang pejabat di
kota yg kaya raya. Bayangkan saja, suamiku memiliki puluhan hektar tanah
di kampungku, belum ruko-ruko yg dikontrakan. Tdk hanya di daerah
kampungku tetapi ada juga di daerah-daerah lainnya.
Cerita Sex Terbaru 2016 Salah Tidur Dengan Kakak Iparku
 |
| Ilustrasi Foto Syur Cewek Cantik Seksi IGO |
Novel Seks
- Sudah terbayang di benakku, setiap hari aku tinggal di rumah besar
dan mewah (setdknya untuk ukuran di kampungku), naik mobil bagus
keluaran terbaru.
Hari-hariku sebagai istrinya memang sangat
membahagiakan dan membanggakan. Teman-teman gadisku banyak yg iri dengan
kehidupanku yg serba enak. Meski aku sendiri tdk yakin dengan
kebahagian yg kurasakan saat itu. Hati kecilku sering dipenuhi oleh
kekhawatiran yg sewaktu-waktu akan membuat hidupku jatuh merana. Aku
sebenarnya bukanlah satu-satunya wanita pendamping suamiku. Ia sudah
beristri dengan beberapa anak. Mereka tinggal jauh di kota besar dan
sama sekali tak pernah tahu akan keberadaanku sebagai madunya.
Kumpulan cerita sex terhot, cerita dewasa terpanas, cerita ngentot
terkini, cerita bokep igo, cerita mesum terbaru, cerita horny 2016.
Ketika menikah pun aku sudah tahu akan statusnya ini. Aku, entah
terpaksa atau memang mencintainya, memutuskan untuk menikah dengannya.
Demikian pula dengan kedua orang tuaku. Mereka malah sangat mengharapkan
aku menjadi istrinya. Mungkin mereka mengharapkan kehidupan kami akan
berubah, derajat kami meningkat dan dipandang oleh semua orang kampung
bila aku sudah menjadi istrinya. Mungkin memang sudah nasibku untuk
menjadi istri kedua, lagi pula hidupku cukup bahagia dengan statusku
ini.
Cerita Dewasa Terbaru | Semua itu kurasakan setahun yg lalu.
Begitu menginjak tahun kedua, barulah aku merasakan perubahan. Suamiku
yg dulunya lebih sering berada di sisiku, kini mulai jarang muncul di
rumah. Pertama seminggu sekali ia mengunjungiku, kemudian sebulan dan
terakhir aku sudah tak menghitung lagi entah berapa bulan sekali dia
datang kepadaku untuk melepas rindu.
Aku tak berani
menghubunginya. Aku takut semua itu malah akan membuat hidupku lebih
merana. Aku tak bisa membayangkan kalau istri pertamanya tahu
keberadaanku. Tentunya akan marah besar dan mengadukanku ke pihak
berwajib. Biarlah aku tanggung semua derita ini. Aku tak ingin orang
tuaku terbawa sengsara oleh masalah kami. Mereka sudah hidup bahagia,
memiliki rumah yg lebih besar, sawah dan ternak-ternak piaraan pemberian
suamiku.
Hari hari yg kulalui semakin tdk menggairahkan. Aku
berusaha untuk menyibukan diri dengan berbagai kerjaan agar tak merasa
bosan ditinggal suami dalam waktu lama. Tetapi semua itu tdk membuat
perasaanku tenang. Justru menjadi gelisah, terutama di malam hari. Aku
selalu termenung sendiri di ranjang sampai larut malam menunggu kantuk
yg tak kunjung datang. Kurasakan sprei tempat tidurku begitu dingin, tdk
seperti di hari-hari awal pernikahan kami dulu.
Sprei tempat
tidurku tak pernah rapi, selalu acak-acakan dan hangat bekas pergulatan
tubuh kami yg selalu berkeringat. Di saat-sat seperti inilah aku selalu
merasakan kesedihan yg mendalam, gelisah mendambakan kehangatan seperti
dulu. Rindu akan cumbuan hangat suamiku yg sepertinya tak pernah padam
meski usianya sudah mulai menua.
Kalau sudah terbayang semua itu, aku menjadi semakin gelisah. Gelisah oleh perasaanku yg menggebu-gebu.
Bahkan
akhir-akhir ini semakin membuat kepalaku pusing. Membuatku
uring-uringan. Marah oleh sesuatu yg aku sendiri tak mengerti.
Kegelisahan ini sering terbawa dalam impianku. Di luar sadarku, aku
sering membayangkan cumbuan hangat suamiku. Bagaimana panasnya kecupan
bibir suamiku di sekujur tubuhku. Aku menggelinjang setiap kali terkena
sentuhan bibirnya, bergetar merasakan sentuhan lembut jemari tangannya
di bagian tertentu tubuhku. Aku tak mampu menahan diri.
Akhirnya
aku mencumbui diriku sendiri. Tangannku menggerayg ke seluruh tubuhku
sambil membayangkan semua itu milik suamiku. Pinggulku berputar liar
mengimbangi gerakan jemari di sekitar pangkal pahaku. Pantatku terangkat
tinggi-tinggi menyambut desakan benda imajinasiku ke dalam diriku. Aku
melenguh dan merintih kenikmatan hingga akhirnya terkulai lemas di
ranjang kembali ke alam sadar bahwa semua itu merupakan kenikmatan semu.
Air mataku jatuh bercucuran, meratapi nasibku yg tdk beruntung.
Pelarianku
itu menjadi kebiasaan setiap menjelang tidur. Menjadi semacam
keharusan. Aku ketagihan. Sulit menghilangkan kebiasaan yg sudah menjadi
kebutuhan bathinku. Aku tak tahu sampai kapan semua ini akan berakhir.
Aku sudah bosan. Kecewa, marah, sedih dan entah apalagi yg ada dalam
perasaanku saat ini. Kepada siapa aku harus melampiaskan semua ini?
Suamiku? Entah kapan ia datang lagi. Kepada orang tua? Apa yg bisa
mereka perbuat? Oohh.. aku hanya bisa menangisi penderitaan ini.
Aku
memang gadis kampung yg tak tahu keadaan. Aku tak pernah sadar bahwa
keadaanku sehari-hari menarik perhatian seseorang. Aku baru tahu
kemudian bahwa ternyata Kang Irwan, suami kakakku, mengikuti
perkembanganku sehari-hari. Mereka memang tinggal di rumahku. Aku
sengaja mengajak mereka tinggal bersama, karena rumahku cukup besar
untuk menampung mereka bersama anak tunggalnya yg masih balita. Sekalian
menemaniku yg hidup seornag diri.
“Kasihan Neng Lilis, temenin aja. Biar rumah kalian yg di sana dikontrakan saja” demikian saran orang tuaku waktu itu.
Aku
pun tak keberatan. Akhirnya mereka tinggal bersamaku. Semuanya berjalan
normal saja. Tak ada permasalahan di antara kami semua, sampai suatu
malam ketika aku sedang melakukan hal ‘rutin’ terperanjat setengah mati
saat kusadari ternyata aku tdk sedang bermimpi bercumbu dengan suamiku.
Sebelum sadar, aku merasakan kenikmatan yg luar biasa sekali. Terasa
lain dengan khayalanku selama ini. Apalagi ketika puting payudaraku
dijilat dan dihisap-hisap dengan penuh gairah. Aku sampai mengerang
saking nikmatnya.
Rangsangan itu semakin bertambah hebat
menguasai diriku. Kecupan itu semakin menggila, bergerak perlahan
menelusuri perutku terus ke bawah menuju lembah yg ditumbuhi semak-semak
lebat di sekitar selangkanganku. Aku hampir berteriak saking
menikmatinya. Ini merupakan sesuatu yg baru, yg tak pernah dilakukan
oleh suamiku. Bahkan dalam mimpipun, aku tak pernah membayangkan sampai
sejauh itu. Di situlah aku baru tersadar. Terbangun dari mimipiku yg
indah. Kubuka mataku dan melirik ke bawah tubuhku untuk mengetahui apa
yg sebenarnya terjadi. Mataku yg masih belum terbiasa dengan keadaan
gelap ruangan kamar, melihat sesuatu bergerak-gerak di bawah sana, di
antara kedua pahaku yg terbuka lebar.
“Aduh kenapa sih ini..” gumamku setengah sadar sambil menjulurkan tanganku ke bawah sana.
Tanganku
memegang sesuatu seperti rambut. Kuraba-raba dan baru kutahu bahwa itu
adalah kepala seseorang. Aku kaget. Dengan refleks aku bangun dan
merapat ke ujung ranjang sambil mencoba melihat apa terjadi. Setelah
mataku terbiasa dengan kegelapan, kulihat di sana ternyata seseorang
tengah merayap ke atas ranjang. Aku semakin kaget begitu kutahu orang
itu adalah Kang Irwan, kakak iparku!
Saking kagetnya, aku
berteriak sekuat tenaga. Tetapi aku tak mendengar suara teriakan itu.
Kerongkonganku serasa tersekat. Hanya mulutku saja yg terbuka, menganga
lebar-lebar. Kedua mataku melotot seakan tak percaya apa yg kulihat di
hadapanku adalah Kang Irwan yg bertelanjang dengan hanya memakai cawat.
Kang
Irwan menghampiri sambil mengisyaratkan agar jangan berteriak. Tubuhku
semakin mepet ke ujung dinding. Takut, marah dan lain sebagainya
bercampur aduk dalam dihatiku melihat kehadirannya di kamarku dalam
keadaan setengah telanjang seperti itu.
“Kang! Lagi apa..?” hanya itu yg keluar dari mulutku sementara tanganku sibuk membenahi pakaianku yg sudah tak karuan.
Aku
baru sadar ternyata seluruh kancing baju tidurku semuanya terlepas dan
bagian bawahnya sudah terangkat sampai ke pinggang. Untungnya saja
celana dalamku masih terpakai rapi, hanya dadaku saja yg telanjang. Aku
buru-buru menutupi ketelanjangan dadaku karena kulihat mata Kang Irwan
yg liar nampaknya tak pernah berkedip menatap ke arah sana.
Saking
takutnya aku tak bisa ngomong apa-apa dan hanya melongo melihat Kang
Irwan semakin mendekat. Ia lalu duduk di bibir ranjang sambil meraih
tanganku dan membisikan kata-kata rayuan bahwa aku ini cantik namun
kurang beruntung dalam perkawinannya. Dadaku serasa mau meledak
mendengar ucapannya. Apa hak dia untuk mengatakan semua itu? Aku tak
butuh dengan belas kasihannya. Kalau saja aku tdk ingat akan istrinya,
yg merupakan kakakku sendiri. Sudah kutampar mulut lancangnya itu.
Apalagi ia sudah berani-berani masuk ke dalam kamarku malam-malam
begini.
Teringat itu aku langsung bertanya,
“Kemana Teh Mirna?”.
“Ssst, tenang ia lagi di rumah yg di sana” kata Kang Irwan dengan tenang seolah tdk bersalah.
Kurang ajar, runtukku dalam hati. Pantesan berani masuk ke kamar. Tapi kok Teh Mirna nggak ngomong-ngomong sebelumnya.
“Kok dia nggak bilang-bilang mau pulang” Tanyaku heran.
“Tadinya
mau ngomong. Tapi Kang Irwan bilang nggak usah kasihan Neng Lilis sudah
tidur, biar nanti Akang saja yg bilangin” jelasnya.
Dasar
laki-laki kurang ajar. Istrinya dibohongi biar dia bebas masuk kamarku.
Aku semakin marah. Pertama ia sudah kurang ajar masuk kamarku, kedua ia
berani mengkhianati istrinya yg juga kakak kandungku sendiri!
“Akang
sadar saya ini adikmu juga. Akang mau ngapain kemari.. Cuma.. ngh.. pake
gituan aja” kataku seraya melirik Kang Irwan sekilas. Aku tak berani
lama-lama karena takut melihat tatapannya.
“Neng..” panggilnya dengan suara parau.
“Akang kasihan lihat Neng Lilis. Akhir-akhir ini kelihatannya semakin menderita saja” ucapnya kemudian.
“Akang tahu dari mana saya menderita” sergahku dengan mata mendelik.
“Eh.. jangan marah ya. Itu.. nggh.. Akang.. anu..” katanya dengan ragu-ragu.
“Ada apa kang?” tanyaku semakin penasaran sambil menatap wajahnya lekat-lekat.
“Anu.. eh, Akang lihat kamu selalu kesepian. Lama ditinggal suami, jadi Akang ingin Bantu kamu” katanya tanpa malu-malu.
“Maksud Akang?”
“Ini.. Akang, maaf neng.., pernah lihat Neng Lilis kalau lagi tidur suka..” ungkapnya setengah-setengah.
“Jadi Akang suka ngintip saya?” tanyaku semakin sewot.
Kulihat ia mengangguk lemah untuk kemudian menatapku dengan penuh gairah.
“Akang ingin menolong kamu” bisiknya hampir tak terdengar.
Kepalaku
serasa dihantam petir mendengar pengakuan dan keberaniannya
mengungkapkan isi hatinya. Sungguh kurang ajar lelaki ini. Berbicara
seperti itu tanpa merasa bersalah. Dadaku serasa sesak oleh amarah yg
tak tersalurkan. Aku terdiam seribu bahasa, badanku serasa lemas tak
bertenaga menghadapi kenyataan ini. Aku malu sekali pelampiasanku selama
ini diketahui orang lain. Aku tak tahu sampai sejauh mana Kang Irwan
melihat rahasia di tubuhku. Aku tak ingin membayangkannya. seksigo
Kang
Irwan tdk menyerah begitu saja melihat kemarahanku. Kebingunganku telah
membuat diriku kurang waspada. Aku tak tahu sejak kapan Kang Irwan
merapatkan tubuhnya kepadaku. Aku terjebak di ujung ranjang. Tak ada
jalan bagiku untuk melarikan diri. Semuanya tertutup oleh tubuhnya yg
jauh lebih besar dariku. Aku menyembunyikan kepalaku ketika ia merangkul
tubuhku.
Tercium aroma khas lelaki tersebar dari tubuh Kang
Irwan. Aku rasakan otot-otot tubuhnya yg keras menempel di tubuhku.
Kedua tangannya yg kekar melingkar sehingga tubuhku yg jauh lebih mungil
tertutup sudah olehnya. Aku berontak sambil mendorong dadanya. Kang
Irwan malah mempererat pelukannya. Aku terengah-engah dibuatnya.
Tenagaku sama sekali tak berarti dibanding kekuatannya. Nampaknya usaha
sia-sia belaka melawan tenaga lelaki yg sudah kesurupan ini.
“Kang
inget.. saya kan adik Akang juga. Lepasin saya kang. Saya janji nggak
akan bilang sama teteh atau siapa aja..” pintaku memelas saking putus
asanya.
Hibaanku sama sekali tak dihiraukan. Kang Irwan memang
sudah kerasukan. Wajahku diciumi dengan penuh nafsu bahkan tangannya
sudah mulai menarik-narik pakaian tidurku. Aku berusaha menghindar dari
ciuman itu sambil menahan pakaianku agr tak terbuka. Kami berkutat
saling bertahan. Kudorong tubuh Kang Irwan sekuat tenaga sambil
terus-terusan mengingatkan dia agar menghentikan perbuatannya.
Lelaki
yg sudah kerasukan ini mana bisa dicegah, justru sebaliknya ia semakin
garang. Pakaian tidurku yg terbuat dari kain tipis tak mampu menahan
kekuatan tenaganya. Hanya dengan sekali sentakan, terdengar suara
pakaian dirobek. Aku terpekik kaget. Pakaianku robek hingga ke pinggang
dan memperlihatkan dadaku yg sudah tak tertutup apa-apa lagi.
Kulihat
mata Kang Irwan melotot menyaksikan buah dadaku yg montok dan kenyal,
menggelantung indah dan menggairahkan. Kedua tanganku dengan cepat
menutupi ketelanjanganku dari tatapan liar mata lelaki itu. Upayaku itu
membuat Kang Irwan semakin beringas. Ia marah dan menarik kedua kakiku
hingga aku terlentang di ranjang. Tubuhnya yg besar dan kekar itu
langsung menindihku. Nafasku sampai tersengal menahan beban di atas
tubuhku.
“Kang jangan!” cegahku ketika ia membuka tangannku dari atas dadaku.
Kedua
tanganku dicekal dan dihimpit masing-masing di sisi kepalaku. Dadaku
jadi terbuka lebar mempertontonkan keindahan buah dadaku yg menjulang
tegar ke atas. Kepalaku meronta-ronta begitu kurasakan wajahnya mendekat
ke atas dadaku. Kupejamkan mataku. Aku tak ingin menyaksikan bagian
tubuhku yg tak pernah tersentuh orang lain kecuali suamiku itu, dirambah
dengan kasar oleh Kang Irwan. Aku tak rela ia menjamahnya. Kucoba
meronta di bawah himpitan tubuhnya. Sia-sia saja. Air mataku langsung
menetes di pipi. Aku tak sanggup menahan tangisku atas perbuatan tak
senonoh ini.
Kulihat wajah Kang Irwan menyeringai senang
melihatku tak meronta lagi. Ia terus merayuku sambil berkata bahwa
dirinya justru menolong diriku. Ia, katanya, akan berusaha memberikan
apa yg selama ini kudambakan.
“Kamu tenang aja dan nikmati. Akang janji akan pelan-pelan. Nggak kasar asal kamu jangan berontak..” katanya kemudian.
Aku
tak ingin mendengarkan umbaran bualan dan rayuannya. Aku tak mau Kang
Irwan mengucapkan kata-kata seperti itu, karena aku tak rela
diperlakukan seperti ini. Aku benar-benar tak berdaya di bawah
kekuasaannya. Aku hanya bisa terkulai pasrah dan terpaksa membiarkan
Kang Irwan menciumi wajahku sesuka hati. Bibirnya dengan leluasa
mengulum bibirku, menjilati seluruh wajahku. Aku hanya diam tak bergerak
dengan mata terpejam.
Hatiku menjerit merasakan cumbuannya yg
semakin liar, menggerayg ke leher dan teus turun ke atas dadaku. Aku
menahan nafas manakala bibirnya mulai menciumi kulit di seputar buah
dadaku. Lidahnya menari-nari dengan bebas menelusuri kemulusan kulit
buah dadaku. Kadang-kadang lidahnya menjentik sekali-sekali ke atas
putingku.
“Nggak rela.. nggak rela..!” jeritku dalam hati.
Kudengar
nafasnya semakin menderu kencang. Terdengar suara kecipakan mulutnya yg
dengan rakus melumat seluruh payudaraku yg montok. Seolah ingin
merasakan setiap inci kekenyalannya. Aku seakan terpana oleh cumbuannya.
Hatiku bertanya-tanya. Apa yg sedang terjadi pada diriku. Kemana
tenagaku? Kenapa aku tdk berontak? Kenapa membiarkan Kang Irwan berbuat
semaunya padaku? Aku mendengus frustrasi oleh perasaanku sendiri. Aku
benci pada diriku sendiri yg begitu mudah terpedaya oleh kelihaiannya
bercumbu. Terjadi konflik bathin dalam diriku.
Di satu sisi, aku
tak ingin diriku menjadi sasaran empuk nafsu lelaki ini. Aku adalah
seorang wanita bersuami. Terpandang. Memiliki kehormatan. Aku bukanlah
wanita murahan yg dapat sesuka hati mencari kepuasan. Tetapi di sisi
lain, aku merasakan suatu desakan dalam diriku sendiri. Suatu keinginan
yg begitu kuat, meletup-letup tak terkendali. Kian lama kian kuat
desakannya. Tubuhku sampai berguncang hebat merasakan perang bathin ini.
Aku tak tahu mana yg lebih kuat. Bukankah perasaan ini yg kuimpikan
setiap malam?
Tanpa sadar dari bibirku meluncur desisan dan
rintihan lembut. Meski sangat perlahan, Kang Irwan dapat mendengarnya
dan merasakan perubahan yg terjadi dari tubuhku. Ia ersenyum penuh
kemenangan. Ia nampak begitu yakin bahwa aku akan menyerah kepadanya.
Bahkan kedua cekalan tangannya pada tanganku pun dilepaskan dan
berpindah ke atas buah dadaku untuk meremasnya. Ia sangat yakin aku tak
akan berontak meski tanganku sudah terbebas dari cekalannya.
Memang
tak dapat dipungkiri keyakinan Kang Irwan ini. Aku sendiri tdk
memanfaatkan terbebasnya tanganku untuk mendorong tubuhnya dari atasku.
Aku malah menaruhnya di atas kepala Kang Irwan yg bergerak bebas di atas
dadaku. Tanganku malah meremas rambutnya, menekan kepalanya ke atas
dadaku.
“Kang udah.. jangaann..!” rintihku masih memintanya berhenti.
Oh
sungguh munafik sekali diriku! Mulutku terus-terusan mencegah namun
kenyataannya aka malah mendorongnya untuk berbuat lebih jauh lagi. Akal
sehatku sudah hilang entah kemana. Aku sudah tak ingat akan suamiku,
kakakku, atau diriku sendiri. Yg kuingat hanyalah rangsangan dahysat
akibat jilatan dan kuluman bibir Kang Irwan di seputar putingku.
Tangannku menggerayg di atas punggungnya. Meraba-raba kekerasan
otot-otot pejalnya. Aku semakin terbang melayg, membayangkan
keperkasaannya. Inikah jawaban atas semua mimpi-mimpiku selama ini?
Haruskah semua ini kulakukan? Meski dengan kakak iparku sendiri? Apakah
aku harus mengorbankan semuanya? Pengkhianatan pada suamiku? Kakakku?
Hanya untuk memuaskan keinginanku seorang? Aakkhh.. tdk.. tdk! jeritku
mengingat semua ini.
Namun apa mau dikata, cumbuan Kang Irwan yg
begitu lihai sepertinya tahu persis keinginanku. Kebutuhanku yg sudah
cukup lama terkekang. Letupan gairah wanita kesepian yg tak pernah
terlampiaskan. Peperangan dalam bathinku usai sudah dan aku lebih
mengikuti naluri gairah birahiku.
“Akaangg..!” jeritku lirih tak sadar memanggil namanya saat puting susuku disedot kuat-kuat.
Aku
menggelinjang kegelian. Sungguh nikmat sekali hisapan itu. Luar biasa.
Kurasakan selangkanganku mulai basah, meradang. Tubuhku
menggeliat-geliat bagai ular kepanasan mengimbangi permainan lidah dan
mulut Kang Irwan di buah dadaku yg terasa semakin menggelembung keras.
“Oohh Neng.. bagus sekali teteknya. Akang suka sekali.. mmpphh.. wuiihh.. montok banget” komentar Kang Irwan.
Sebenarnya
hatiku tak menerima ucapan-ucapan kotor yg keluar dari mulut Kang
Irwan. Sepertinya aku ini wanita murahan, yg biasa mengobral tubuhnya
hanya demi kepuasan lelaki hidung belang. Tetapi perasaan itu akhirnya
tertutup oleh kemahirannya dalam mencumbu diriku. Tubuhku sepertinya
menyambut hangat setiap kecupan hangat bibirnya. Badanku melengkung dan
dadaku dibusungkan untuk mengejar kecupan bibirnya. Nampaknya justru
akulah yg menjadi agresif. Liar seperti kuda binal yg baru lepas
kandang.
“Mmpphh.. Neng Lilis.. kalau saja Akang dari dulu tahu.
Tentunya Neng nggak perlu lagi gelisah tiap malam sendirian. Akang pasti
mau nemenin semalamam..” celoteh Kang Irwan seakan tak tahu betapa
malunya diriku mendengar ucapan itu.
Aku sudah tak perduli lagi
dengan celotehan tak senonohnya. Aku sudah memutuskan untuk menikmati
apa yg sedang kunikmati saat ini. Kudorong kepala kang Irwan ke bawah
menyusur perutku. Aku ingin merasakan seperti saat kubermimpi tadi.
Rupanya Kang Irwan mengerti keinginanku.
Dengan nafsu
menggebu-gebu, ia mulai bergerak. Kedua tangannya menelusup ke bawah
tubuhku, mencekal pinggangku. Mengangkat pinggulku sedikit kemudian
tangannya ditarik ke bawah meraih tepian celana dalamku dan
memelorotkannya hingga terlepas dari kedua kakiku. Aku mengikuti apa yg
ia lakukan. Aku kini sudah terbebas. Pakaian tidurku entah sudah
tercampak dimana. Tubuhku sudah telanjang bulat, tanpa sehelai benangpun
yg menghalangi.
Kulirik Kang Irwan terbelalak memandangi
ketelanjanganku. Ia seolah tak percaya dengan apa yg ada dihadapan
matanya kini. Gairahku seakan mau meletup melihat tatapan penuh pesona
mata Kang Irwan. Membuatku demikian tersanjung. Aku bangga dikarunia
bentuk tubuh yg begitu indah. Kedua dadaku membusung penuh, keras dan
kenyal. Perutku ramping dan rata. Pinggulku memiliki lekukan yg indah
dan pantatku bulat penuh, menungging indah. Kedua kakiku panjang dan
ramping. Mulai dari pahaku yg gempal dan bentuk betisku yg
menggairahkan.
Mungkin kang Irwan tak pernah mengira akan
keindahan tubuhku ini karena memang sehari-hari aku selalu menggunakan
pakaian yg tdk pernah menonjolkan lekukan tubuhku. Aku bisa membayangkan
bagaimana terkagum-kagumnya Kang Irwan melihatku dalam keadaan
telanjang bulat.
“Neng.. kamu cantik sekali. Sempurna.. oohh
indah sekali. Mmhh.. teteknya montok dan aakkhh.. lebat sekali..” puji
Kang Irwan tak henti-hentinya menatap selangkanganku yg dipenuhi bulu
hitam lebat, kontras dengan warna kulitku yg putih bersih.
Mataku
melirik ke bawah melihat tonjolan keras di balik cawatnya. Uugghh..
kurasakan dadaku berdegub, selangkanganku berdenyut dan semakin membasah
oleh gairah membayangkan batang keras dibalik cawatnya. Gede sekali dan
panjang! Lenguhku dalam hati sambil menahan rangsangan hebat.
“Kaanngg.. ngghh.. jangan ngeliatin aja. Khan malu..” rengekku manja dengan gaya mulai bergenit-genit.
Seakan baru tersadar dari keterpesonaannya, Kang Irwan lalu mulai beraksi.
“Abisnya cantik sekali kamu sih, Neng” katanya kemudian seraya melepaskan cawatnya hingga ia pun kini sama-sama telanjang.
Kulihat
batang penisnya yg keras itu meloncat keluar seperti ada pernya begitu
lepas dari kungkungan cawatnya. Mengacung tegang dengan gagahnya. Aku
terbelalak melihatnya. Benar saja besar dan panjang. Kulihat
otot-ototnya melingkar di sekujur batang itu. Aku sudah tak sabar ingin
merasakan kekerasannya dalam genggamanku. Terus terang baru kali ini aku
melihat penis selain milik suamiku. Dan apa yg dimiliki kang Irwan
membuat punya suamiku seperti milik anak kecil saja. Lagi-lagi aku
membanding-bandingkan. Buru-buru pikiran itu kubuang. Aku lebih suka
menyambut kedatangan Kang Irwan menindih tubuhku lagi.
Kini aku
langsung menyambut hangat ciumannya sambil merangkulnya dengan erat.
Ciuman Kang Irwan benar-benar menghanyutkan. Aku dibuatnya bergairah.
Apalagi kurasakan gesekan penis yg keras di atas perutku semakin membuat
gairahku meledak-ledak. Kang Irwan lalu kembali menciumi buah dadaku.
Kali ini kusodorkan dengan sepenuh hati. Kurasakan hisapan dan
remasannya dengan penuh kenikmatan.
Tanganku mulai berani lebih
nakal. Menggerayg ke sekujur tubuhnya, bergerak perlahan namun pasti ke
arah batangnya. Hatiku berdesir kencang merasakan batang nan keras itu
dalam genggamanku. Kutelusuri mulai dari ujung sampai pangkalnya.
Jemariku menari-nari lincah menelusuri urat-urat yg melingkar di sekujur
batangnya. Kukocok perlahan dari atas ke bawah dan sebaliknya.
Terdengar Kang Irwan melenguh perlahan. Kuingin ia merasakan kenikmatan
yg kuberikan. Ujung jariku menggelitik moncongnya yg sudah licin oleh
cairannya. Lagi-lagi Kang Irwan melenguh. Kali ini lebih keras.
Tiba-tiba
saja ia membalikkan tubuhnya. Kepalanya persis berada di atas
selangkanganku sementara miliknya persis di atas wajahku. Kulihat
batangnya bergelantungan, ujungnya menggesek-gesek mulutku. Entah dari
mana keberanianku muncul, mulutku langsung menangkap penisnya. Kukulum
pelan-pelan. Sesungguhnya aku tak pernah melakukan hal ini kepada
suamiku sebelumnya. Aku tak mengerti kenapa aku bisa berubah menjadi
binal, tak ada bedanya dengan perempuan-perempuan nakal di jalanan.
Namun aku tak peduli. Aku ingin merasakan kebebasan yg sebenar-benarnya.
Kuingin semua naluriku melampiaskan fantasi-fantasi liar yg ada dalam
diriku. Kuingin menikmati semuanya.
Kang Irwan tak mau kalah.
Lidahnya menjulur menelusuri garis memanjang bibir kemaluanku. Aku
terkejut seperti terkena listrik. Tubuhku bergetar. Kurasakan darahku
berdesir kemana-mana. Lidah Kang Irwan bermain lincah. Menjilat,
menusuk-nusuk, menerobos rongga rahimku. Aku seperti melayg-layg di atas
awan. Ini merupakan pengalaman yg luar biasa selama hidupku. Aku tak
pernah merasakan dijilati seperti itu sebelumnya. Nikmatnya sungguh tak
terkira. Pinggulku tak bisa diam, mengikuti kemana jilatan lidah Kang
Irwan berada.
Tubuhku seperti dialiri listrik berkekuatan tinggi.
Gemetar menahan desakan kuat dalam tubuhku. Rasanya aku tak tahan
menerima kenikmatan ini. Perutku mengejang. Kakiku merapat, menjepit
kepala Kang Irwan. Seluruh otot-ototku menegang. Jantungku serasa
berhenti. Aku berkutat sekuat tenaga sampai akhirnya ku tak mampu lagi
dan langsung melepaskannya diiringi jeritan lirih dan panjang. Tubuhku
menghentak berkali-kali mengikuti semburan cairan hangat dari dalam
liang vaginaku. Aku terhempas di atas ranjang dengan tubuh lunglai tak
bertenaga. Puncak kenikmatan yg kucapai kali ini sungguh luar biasa dan
dahysat. Aku merasa telah terbebas dari sesuatu yg sangat menyesakan
dada selama ini.
“Oohh.. Kaanngg.. ngghh.. enak sekali..” rintihku tak kuasa menahan diri.
Aku
sendiri tak sadar dengan apa yg kuucapkan. Sungguh memalukan sekali
pengakuan atas kenikmatan yg kurasakan saat itu. Aku tak ingin Kang
Irwan menilai rendah diriku. Ku tak ingin ia tahu aku sangat menikmati
cumbuannya. Kulihat Kang Irwan tersenyum di bawah sana. Ia merasa sudah
mendapatkan kemenangan atas diriku. Ia bangga dengan kehebatannya
bercinta hingga mampu membuatku orgasme lebih dulu. Aku tak bisa berbuat
banyak, karena harus kuakui bahwa diriku sangat membutuhkannya saat
ini. Membutuhkan apa yg sedang kuggengam dalam tanganku. Benda yg
tentunya akn memberikan kenikmatan yg lebih dari yg kudapatkan barusan.
Tanpa
sadar jemariku meremas-remas kembali batang penisnya. Kukocok perlahan
dan kumasukan ke dalam mulutku. Kukulum dan kujilat-jilat. Kurasakan
Kang Irwan meregang, merintih kenikmatan. Aku tersenyum melihatnya
seperti itu. Aku ingin ia merasakan kenikmatan pula. Kenikmatan yg akan
membuatnya memohon-mohon padaku. Kulumanku semakin panas. Lidahku
melata-lata liar di sekujur batangnya. Aku bertekad untuk mengeluarkan
air maninya secepat mungkin.
Terdengar suara selomotan mulutku. Kang
Irwan merintih-rintih keenakan. Rasain, runtukku dalam hati dan mulai
tak sabar ingin melihat air maninya menyembur keluar.
Di atas
tubuhku, Kang Irwan menggerakan pinggulnya seolah sedang bersenggama,
hanya saja saat itu penisnya menancap dalam mulutku. Kuhisap, kusedot
kuat-kuat. Ia masih bertahan. Aku kembali berusaha tetapi nampaknya ia
belum memperlihatkan tanda-tanda. Aku sudah mulai kecapaian. Mulutku
terasa kaku. Sementara gairahku mulai bangkit kembali. Liang vaginaku
sudah mulai mengembang dan basah kembali, sedangkan penis Kang Irwan
masih tegang dan gagah perkasa. Bahkan terasa lebih keras.
“Udah Neng. Ganti posisi aja..” kata Kang Irwan kemudian seraya membalikkan tubuhnya dalam posisi umumnya bersetubuh.
Kang
Irwan memang piawai dalam bercinta. Ia tdk langsung menancapkan
penisnya ke dalam vaginaku, tetapi digesek-gesekan dulu di sekitar bibir
kemaluanku. Ia sepertinya sengaja melakukan itu. Kadang-kadang ditekan
seperti akan dimasukan, tetapi kemudian digeserkan kembali ke ujung atas
bibir kemaluanku menyentuh kelentitku. Kepalanya digosok-gosokan. Aku
menjerit lirih saking keenakan. Ngilu, enak dan entah apa lagi rasanya.
“Kaangg.. aduuhh.. udah kang! Sshh.. mmppffhh.. ayoo kang.. masukin aja.. nggak tahan!” pintaku menjerit-jerit tanpa malu-malu.
Aku
sudah tak memikirkan lagi kehormatan diriku. Rasa gengsi atau apapun.
Yg kuinginkan sekarang adalah ia segera mengisi kekosongan liang
vaginaku dengan penisnya yg besar dan panjang. Aku nyaris mencapai
orgasme leagi hanya dengan membayangkan betapa nikmatnya penis sebesar
itu mengisi penuh liang vaginaku yg rapat.
“Udah nggak tahan ya,
Neng” candanya sehingga membuatku blingsatan menahan nafsu. Kurang ajar
sekali Kang Irwan ini. Ia tahu aku sudah dalam kendalinya jadi bisa
mempermainkan perasaanku semau-maunya.
Aku gemas sekali
melihatnya menyeringai seperti itu. Di luar dugaannya, aku langsung
menekan pantatnya dengan kedua tanganku sekuat tenaga. Kang Irwan sama
sekali tak menygka hal ini. Ia tak sempat menahannya. Maka tak ayal lagi
batang penisnya melesak ke dalam liang vaginaku. Aku segera membuak
kedua kakiku lebar-lebar, memberi jalan seleluasa mungkin bagi penisnya.
Aku berteriak kegirangan dalam hati, akhirnya penis Kang Irwan berhasil
masuk seluruhnya. Meski cukup menyesakkan dan membuat liang vaginaku
terkuak lebar-lebar, tetapi aku puas dan lega karena keinginanku
tercapai sudah.
Kulihat wajah Kang Irwan terbelalak tak menygka
akan perbuatanku. Ia melirik ke bawah melihat seluruh penisnya terbenam
dalam liangku. Aku tersenyum menyaksikannya.
Ia balas tersenyum,
“Kamu nakal ya..” katanya kemudian.
“Awas, entar Akang bikin kamu mati keenakan. “
“Mau doongg..” jawabku dengan genit sambil memeluk tubuh kekarnya.
Kang
Irwan mulai menggerakan pinggulnya. Pantatnya kulihat naik turun dengan
teratur. Kadang-kadang digeol-geolkan sehingga ujung penisnya menyentuh
seluruh relung-relung vaginaku. Aku turut mengimbanginya. Pinggulku
berputar penuh irama. Bergerak patah-patah, kemudian berputar lagi.
Goyangan ini timbul begitu saja dalam benakku. Mungkin terlalu sering
nonton penyanyi dangdut bergoyang di panggung. Tetapi efeknya sungguh
luar biasa.
Kang Irwan tak henti-hentinya memuji goyanganku. Ia
bilang belum pernah merasakan goyangan sehebat ini. Aku tambah
bergairah. Pinggulku terus bergoyang tanpa henti sambil mengedut-edutkan
otot vaginaku sehingga Kang Irwan merasakan penis seperti diemut-emut.
“Akkhh Neengg.. eennaakkhh.., hebaathh.. uugghh..” erangnya berulang-ulang.
Kang
Irwan mempercepat irama tusukannya. Kurasakan batang penis besar itu
keluar masuk liang vaginaku dengan cepatnya. Aku imbangi dengan cepat
pula. Kuingin Kang Irwan lebih cepat keluar. Aku ingin membuatnya KO!
Kami saling berlomba, berusaha saling mengalahkan. Kuakui permainan Kang
Irwan memang luar biasa. Mungkin kalau aku belum sempat orgasme tadi,
tentunya aku sudah keluar duluan. Aku tersenyum melihat Kang Irwan
nampak berusaha keras untuk bertahan, padahal sudah kurasakan tubuhnya
mulai mengejang-ngejang. Aku berpikir ia akan segera tumpah.
Pinggulku
meliuk-liuk liar bak kuda binal. Demikian pula Kang Irwan, pantatnya
mengaduk-aduk cepat sekali. Semakin bertambah cepat, sudah tdk beraturan
seperti tadi. Aku terperangah karena tiba-tiba saja terasa aliran
kencang berdesir dalam tubuhku. Akh.. nampaknya aku sendiri tdk tahan
lagi. Vaginaku terasa merekah semakin lebar, kedua ujung puting susuku
mengeras, mencuat berdiri tegak. Mulut Kang Irwan langsung menangkapnya,
menyedotnya kuat-kuat. Menjilatinya dengan penuh nafsu. Aku
membusungkan dadaku sebisa mungkin dan oohh.. rasanya aku tak kuat lagi
bertahan.
“Kang Irwan! Cepet keluarin juga..!” teriakku sambil menekan pantatnya kuat-kuat agar mendesak selangkanganku.
Beberapa
detik kemudian aku segera menyemburkan air maniku disusul kemudian oleh
semprotan cairan hangat dan kental menyirami seluruh liang vaginaku.
Tubuh Kang Irwan bergetar keras. Ia peluk diriku erat-erat. Aku balas
memeluknya. Kami lalu bergulingan di ranjang merasakan kenikmatan puncak
permainan cinta ini dengan penuh kepuasan. Kami merasakannya
bersama-sama.
Kami sudah tdk memperdulikan tubuh kami yg sudah
basah oleh peluh keringat, bantal berjatuhan ke lantai. Sprei berantakan
tak karuan, terlepas dari ikatannya. Eranganku, jeritan nikmatku saling
bersahutan dengan geramannya. Kedua kakiku melingkar di seputar
pinggangnya. Aku masih merasakan kedutan-kedutan batang penis Kang Irwan
dalam vaginaku.
Nikmat sekali permainan gairah cinta yg penuh
dengan gelora nafsu birahi ini. Aku termenung merasakan sisa-sisa akhir
kenikmatan ini. Pikiranku menerawang jauh. Apakah aku masih bisa
merasakan kehangatan ini bersama Kang Irwan. Apakah hanya sampai disini
saja mengingat perselingkuhan ini suatu saat akan terungkap juga.
Bagaimana akibatnya? Bagaimana perasaan kakakku? Orang tuaku, suamiku
dan yg lainnya? Akh! Aku tak mau memikirkannya saat ini. Aku tak ingin
kenikmatan ini terganggu oleh hal-hal lain. Kuingin merasakan semuanya
malam ini bersama Kang Irwan. Lelaki yg telah memberikan pengalaman baru
dalam bercinta. Dialah orang yg telah membuat lembaran baru dalam garis
kehidupan masa depanku.
Semenjak peristiwa di malam itu, aku dan
Kang Irwan selalu mencari kesempatan untuk melakukannya kembali. Ia
memang seorang lelaki yg benar-benar jantan. Begitu perkasa. Aku harus
akui ia memang sangat pandai memuaskan wanita kesepian seperti diriku.
Ia selalu hadir dalam dekapanku dengan gaya permainan yg berlainan. Aku
tdk penah bosan melakukannya, selalu ada yg baru. Salah satu
diantaranya, yg juga merupakan gaya favoritku, ia berdiri sambil
memangku tubuhku. Kedua kakiku melingkar di pinggangnya, tanganku
bergelayut di lehernya agar tak terjatuh.
Selangkanganku terbuka
lebar dan batang penisnya menusuk dari bawah. Aku bergelayutan seperti
dalam ayunan mengimbangi tusukan penisnya. Kang Irwan melakukan semua
itu sambil berjalan mengelilingi kamar dan baru berhenti di depan
cermin. Saat kumenoleh kebelakang aku bisa melihat bayangan pantatku
bergoyang-goyang sementara penisnya terlihat keluar masuk vaginaku.
Sungguh asyik sekali permainan dalam gaya ini.
Namun
perselingkuhanku dengan Kang Irwan berlangsung tak begitu lama. Aku
sudah sangat ketakutan semua ini suatu saat terungkap. Makanya aku
memutuskan untuk pindah dari kampungku agar tdk bertemu lagi dengannya.
Terus terang saja, setelah kejadian itu, justru akulah yg sering
memintanya untuk datang ke kamarku malam-malam. Aku tak pernah bisa
menahan diri. Apalagi kalau sudah melihatnya bercanda mesra dengan
kakakku. Bacaan sex top:
Cerita Dewasa IGO 2016 Gadis Sexy Di Rumah KosongPernah
suatu kali aku penasaran untuk mengintip mereka bercinta di kamarnya.
Aku kebingungan sendiri sampai akhirnya lari ke kamar dan melakukannya
sendiri hingga aku mencapai kenikmatan karena menunggu Kang Irwan jelas
tak mungkin karena istrinya ada di rumah. Keadaan ini jelas tak mungkin
berlangsung terus menerus, selain akan terungkap, akupun rasanya akan
menderita harus bertahan seperti ini.
Dengan berat hati akhirnya
aku pindah ke kota. Kujual semua hartaku, termasuk rumah tinggal, sawah
dan ternak-ternak milikku untuk modal nanti di kehidupanku yg baru.
Kecuali mobil karena kuanggap akan sangat berguna sebagai alat
transportasi untuk menunjang kegiatanku nanti.